Ada anjuran membaca doa agar rajin berdzikir, bersyukur dan memperbagus ibadah di akhir shalat sebagai berikut.
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir
(Hadits no. 1422)
وَعَنْ مُعَاذٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، أَخَذَ بِيَدِهِ ، وَقَالَ :(( يَا مُعَاذُ ، وَاللهِ إنِّي لَأُحِبُّكَ )) فَقَالَ : (( أُوصِيْكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ )) . رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ .
Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya dan beliau berkata, “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Lalu beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap shalat, ‘ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).’” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih) [HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.]
Penjelesan:
1- Boleh memegang tangan lainnya.
2- Disunnahkan memberitahu orang yang kita cintai bahwa kita mencintainya karena Allah.
3- Keutamaan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.
4- Disunnahkan melazimkan doa yang ada dalam hadits di atas pada setiap akhir shalat.
5- Disunnahkan meminta tolong pada Allah dan meminta diberi taufik dari Allah agar mudah berdzikir, bersyukur dan memperbagus ibadah.
6- Tanda seseorang itu mencintai lainnya adalah ia memberikan nasihat agar yang ia cintai terus berada di atas kebenaran dan terus bersabar.
Mencintai Karena Allah
Dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrod, no. 421/542, shahih kata Syaikh Al-Albani)
Dari Mujahid berkata, “Ada salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata, “Sungguh saya mencintaimu.”
Dia lalu berkata,
أَحَبَّكَ اللهُ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ
“Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu karena-Nya.”
Dia berkata, “Kalau sekiranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersabda, “Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberi tahu bahwa dia mencintainya“, maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu.” Dia lalu menyodorkan sebuah lamaran kepadaku sambil berkata, “Kami memiliki seorang budak perempuan dia buta sebelah matanya (silakan engkau mengambilnya).” (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrod, 422/543. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.)
Adapun keutamaan mencintai karena Allah disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga perkara yang bisa seseorang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) Ia mencintai saudaranya hanyalah karena Allah, (3) ia benci kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana ia tidak suka jika dilemparkan dalam api.” (HR. Bukhari, no. 21 dan Muslim, no. 43).
Referensi Utama:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 1:412-413.
—
Disusun di Perpus Rumaysho, 29 Muharram 1439 H, Kamis siang
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com